Kamis, 03 April 2014

7. Apa makanan kesukaan orangutan?
Makanan utama orangutan adalah buah, yaitu sekitar 60%. Mereka juga suka dedaunan yang masih muda. Sekitar 25% pakan mereka adalah daun yang masih muda. Selebihnya adalah bunga dan kulit pohon sekitar 10% dan serangga kecil seperti semut, jangkrik dan rayap sekitar 5%.
6. Sekuat apakah orangutan?
Menurut informasi dari Orangutan Information Center, orangutan memiliki kekuatan enam kali lipat manusia dewasa, memiliki 4 tangan dan juga gigitan yang sangat kuat. Namun, umumnya orangutan sifatnya tenang dan tidak berbahaya jika tidak diganggu. Jika berpapasan dengan jantan lainnya, mereka biasanya mencoba menghindari perkelahian dengan gaya saling mengancam.
Orangutan Kalimantan, semakin terjepit akibat lajunya angka kehilangan hutan yang menjadi habitat mereka menjadi perkebunan. Foto: Rhett A. Butler
Orangutan Kalimantan, semakin terjepit akibat lajunya angka kehilangan hutan yang menjadi habitat mereka menjadi perkebunan. Foto: Rhett A. Butler
5. Orangutan bukan monyet
Orangutan bukan masuk dalam kategori monyet, salah satu cirinya adalah karena mereka tidak memiliki ekor yang panjang. Orangutan masuk dalam keluarga kera, secara spesifik kera besar seperti gorilla, simpanse dan lutung. Dalam bahasa Inggris, keluarga primata yang masuk ke jenis monyet disebut dengan monkey, dan keluarga primata yang masuk ke jenis kera, disebut dengan ape. Nah orangutan ini masuk ke jenis yang kedua.
4. Orangutan juga Memakai payung lho…
Saat hujan tiba, orangutan biasanya memetik daun yang sangat lebar untuk digunakan sebagai payung yang melindungi mereka dari air hujan.
Orangutan Sumatera, tak hanya terancam akibat deforestasi, namun juga pertumbuhan jenis penyakit baru di sekitar mereka. Foto: Rhett A. Butler
Orangutan Sumatera, tak hanya terancam akibat deforestasi, namun juga pertumbuhan jenis penyakit baru di sekitar mereka. Foto: Rhett A. Butler

3. Orangutan suka sekali menjalajah
Orangutan liar jarang sekali bermain di atas tanah, hal yang sama juga terjadi dengan orangutan yang sudah tinggal di kebun binatang. Menurut data penelitian berjudul Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis yang dilakukan oleh Pindi Patana, Bejo Slamet dan Desli Triman Zendrato tahun 2010 silam, orangutan dewasa betina memiliki daerah jelajah sejauh 916 meter per hari di dalam area seluas 12,5 hektar. Sedangkan seekor orangutan jantan dewasa menjelajah sejauh 651 meter per haru di area seluas 46 hektar. Dua hal yang mempengaruhi variasi jarak jelajah dan daerah jelajah mereka adalah ketersediaan makanan dan interaksi sosial.
2. Orangutan membuat sendiri kasur mereka
Di alam liar, orangutan menata dedaunan dan ranting-ranting pohon utuk membuat tidur mereka nyaman. Kita menyebutnya dengan sarang. Namun, berbeda dengan jenis burung yang bersarang di satu tempat dalam jangka waktu lama untuk perkembangbiakan, orangutan biasanya hanya menempati sarang mereka untuk sesaat saja. Dari keterangan yang didapat dari Orangutan Information Center, orangutan membuat sarang sekitar 2 atau 3 kali dalam sehari dengan lebar kira-kira satu meter. Mereka membuat sarang di pagi hari untuk beristirahat dan bermain. Orangutan betina juga membuat sarang untuk melahirkan.
Orangutan sangat suka tidur
Orangutan memiliki kecenderungan untuk banyak tidur di atas pohon. Mereka tidak hanya tidur panjang di waktu malam mulai dari matahari tenggelam hingga terbit keesokan harinya, namun juga bahkan mengatur waktu untuk tidur siang mereka disela waktu aktivitas siang mereka. Saat tidur, mereka tidak khawatir digigit nyamuk, karena mereka biasanya menggunakan daun tarutung sebagai alas tidur mereka. Daun ini adalah sejenis daun yang tidak disukai oleh nyamuk.
Apa yang dilakukan oleh WWF?

WWF-Indonesia membantu Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Kehutanan dalam mengembangkan Rencana Tata Ruang Berbasiskan Ekosistem Pulau Sumatera, sebagai upaya penyelamatan sebagai restorasi hutan tersisa di Sumatera. WWF juga bekerjasama dengan berbagai ihak untuk melindungi ansekap hutan yang tersisa di Bukit Tiga Puluh dan Jambi di mana lansekap tersebut juga merupakan areal introduksi orangutan Sumatera di alam.

WWF Indonesia juga bekerja bersama sejumlah LSM yang bergerak di bidang pelestarian orangutan dalam mempublikasikan panduan teknis Penanganan Konflik Manusia dan Orangutan di Dalam dan Sekitar Perkebunan Kelapa Sawit. Dokumen tersebut dimaksudkan untuk membantu sektor industri dalam mengidentifikasi dan menentukan langkah-langkah yang tpat untuk mengadopsi praktik-praktik pengelolaan yang lebih baik (Beter Management Practices/BMP) yang bermanfaat bagi konservasi dan industri. WWF juga terlibat secara ktif dalam pengembangan Rencana Aksi dan Strategi Konservasi Orangutan yang dirilis oleh Presiden RI tahun 2007.
Perburuan

Meskipun telah dilindungi oleh hukum di Indonesia sejak 1931, perdagangan liar orangutan untuk dijadikan hewan peliharaan merupakan salah satu ancaman terbesar bagi satwa langka ini. Saat ini di beberapa lokasi di sumatera utara dilaporkan telah terjadi konflik antara orangutan dan manusia akibat adanya embukaan hutan alam untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit di habitat atau wilayah jelajah orangutan. Akibat fatal biasanya menimpa orangutan
Penurunan dan Hilangnya Habitat

Habitat orangutan di Sumatera menghilang dengan sangat cepat. Di Sumatera Utara, diperkirakan tutupan hutan telah berkurang dari sekitar 3,1 juta hektar di tahun 1985 menjadi 1,6 juta hektar pada 2007. Sebaran orangutan di masa yang lalu diperkirakan hingga ke Sumatera Barat (Yeager, 1999), tetapi saat ini sebaran orangutan di habitat aslinya hanya terdapat di Aceh dan Sumatera Utara serta areal reintroduksi orangutan di perbatasan Jambi dan Riau.

Sebuah rencana untuk membangun jalan besar melalui Ekosistem Leusr di bagian utara Sumatera saat ini mengancam habitat orangutan. Jalan raya ini setidaknya akan memotong Ekosistem Leuser di sembilan tempat dan unit-unit habitat tambahan orangutan di bagian utara yang lebih jauh. Diperkirakanjika jalan raya tersebut dibuat melintasi kawasan hutan, penebangan liar pun akan semakin meluas sehingga meningkatkan ancaman terhadap habitat orangutan Sumatera.
Ancaman

Ancaman terhadap populasi orangutan Sumatera mencakup hilangnya habitat hutan yang menjadi perkebunan sawit, pertambangan, pembukaan jalan, legal dan illegal logging, kebakaran hutan dan perburuan.
Heart of Borneo
Borneo adalah salah satu dari dua – yang lainnya adalah Pulau Sumatra – dimana orangutan, gajah dan badak hidup membagi habitat yang sama. Hidupan liar lainnya di Borneo termasuk macan dahan, beruang madu, gibbon Borneo, yang tentu saja tidak ada di bagian lain selain di Borneo. Borneo adalah rumah tinggal bagi 10 spesies primate, lebih dari 350 burung, 150 reptil dan amfibi dan 15.000 lebih spesies tumbuhan.



Borneo terbagi antara Malaysia, Indonesia dan Brunei. Pada tahun 2007, pemerintah ketiga negara tersebut menandatangani deklarasi bersejarah untuk melindungi Heart of Borneo. Sebuah wilayah perbatasan, dataran tinggi hingga dataran rendah yang menyambungkan ketiga negara. WWF mendukung Malaysia, Indonesia dan Brunei untuk mengonservasi hutan hujan seluas 220.000 km2, yang hampir sepertiga luas Pulau Borneo, melalui jejaring kawasan lindung dan lahan yang dikelola secara berkelanjutan.

Perlindungan Heart of Borneo tidak hanya memberi manfaat bagi hidupan liar. Tetapi juga diharapkan dapat membantu mengurangi kemiskinan dengan meningkatkan keamanan pangan dan air serta mempertahankan budaya masyarakat lokal dan masyarakat adat di Borneo.  Dalam jangka panjang upaya ini diharapkan dapat melindungi Pulau Borneo dari ancaman deforestasi dan dampak dari kekeringan dan kebakaran hutan/lahan
Orangutan dalam kondisi darurat
Ancaman terhadap orangutan adalah perubahan fungsi hutan menjadi ladang atau perkebunan besar, pertambangan dan diambil kayunya. Hutan menjadi semakin sempit dan rusak. Ketersediaan makanan menjadi berkurang akibatnya banyak orangutan terpaksa memasuki ladang, kebun masyarakat bahkan perkebunan kelapa sawit untuk mencari makanan. Manusia kemudian menganggap orangutan sebagai hama. Padahal manusialah yang mengambil tempat tinggal orangutan.

Di samping itu orangutan juga terancam perburuan. Orangutan ditangkap untuk dijadikan binatang peliharaan. Memelihara orangutan sebagai binatang peliharaan di rumah bukanlah tindakan yang tepat. Karena orangutan dan manusia memiliki kesamaan DNA hingga 97% yang menyebabkannya mudah untuk saling menyebarkan penyakit
Sang Pemelihara dan Penjaga Hutan
Mengapa orangutan penting bagi hutan dan manusia? Orangutan adalah pemelihara hutan.

Bagaimana cara mereka melakukannya? Orangutan membantu menyebarkan biji tanaman. Saat memakan buah, mereka mengeluarkan bijinya bersama kotoran mereka. Biji-bji itu menyebar ke tempat yang luas. Jika jatuh ke tanah subur, maka biji akan tumbuh menjadi pohon baru.

Selain itu orangutan juga membantu pertumbuhan pohon baru. Pohon membutuhkan sinar matahari. Karena hutan sangat lebat, sinar matahari terhalang sampai ke tanah. Akibatnya pohon-pohon kecil tidak mendapat sinar matahari dan terganggu pertumbuhannya. Saat makan atau membuat sarang, orangutan mematahkan dahan pohon dan mengambil daun-daunan. Bagian atas pohon menjadi terbuka sehingga sinar matahari dapat sampai di permukaan tanah.

Jumat, 21 Maret 2014

salah satu proses pengembalian orang utan ke hutan


Duapuluh Orangutan Kembali Menikmati Kebebasan di Hutan Tropis Kalimantan

Jiro salah satu anak orangutan yang berhasil kembali ke habitat alami mereka di hutan tropis Kalimantan. Foto: Yayasan BOS
Jiro salah satu anak orangutan yang berhasil kembali ke habitat alami mereka di hutan tropis Kalimantan. Foto: Yayasan BOS
Tanggal 7 dan 8 Februari 2014, merupakan hari bahagia bagi 20 orangutan yang siap kembali ke habitat alami mereka di hutan tropis Kalimantan. keduapuluh orangutan ini dikembalikan ke alam mereka oleh Yayasan Borneo Orangutan Survival, sebagai bagian dari target Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia Tahun 2007-2017 ke Hutan Konservasi Bukit Batikap, Muara Teweh, Kalimantan Tengah. Tigabelas orangutan diantaranya adalah betina dan sisanya jantan.
Dengan pelepasliaran keduapuluh orangutan ini, maka genap 100 ekor orangutan sudah dikembalikan ke habitat mereka. Kisah ini, diambil dari kisah yang dituliskan di situs resmi Yayasan Borneo Orangutan Survival, saat melepasliarkan keduapuluh orangutan ke rumah mereka di hutan tropis Kalimantan di Bukit Batikap.
Pada hari pertama, 7 Februari 2014, 12 individu orangutan mendapat giliran pertama untuk pulang ke rumah mereka. Kendati hujan deras menerpa seputar kawasan Nyaru Menteng, tim medis sudah menyiapkan proses pelepasliaran ini sejak pukul 4 pagi. Pelepasliaran ini sendiri, dibagi menjadi dua grup, pertama adalah induk orangutan bernama Zena dan anak jantannya William, lalu induk bernama Kitty dan putrinya Kate, Dita dan anaknya Halt dan  seekor orangutan bernama Noor. Sementara kelompok kedua terdiri dari induk orangutan bernama Judy dan putranya bernama Son, lalu orangutan bernama Hamlet, Joys dan Sarita.
Inilah keduapuluh orangutan yang beruntung, bisa kembali ke rumah mereka di hutan tropis Kalimantan. Foto: Yayasan BOS
Inilah keduapuluh orangutan yang beruntung, bisa kembali ke rumah mereka di hutan tropis Kalimantan. Foto: Yayasan BOS
Satu demi satu orangutan itu menjalani pembiusan sementara, sebelum dibawa ke kandang pemindahan dan dibawa ke Bandar Udara Tjilik Riwut di Palangkaraya dan kemudian diterbangkan ke Bandara Beringin di Muara Teweh. Setiba di Muara Teweh, keduabelas orangutan ini akan dibawa secara bergantian dengan helikopter ke hutan yang akan menjadi rumah baru mereka. Dimulai dengan rombongan pertama di tanggal 7 Februari ini. Setelah selesai dengan pelepasliaran rombongan pertama, tim segera menyusun proses pelepasliaran kelompok selanjutnya.
Kelompok kedua yang masih berada di Nyaru Menteng juga menjalani proses pembiusan sebelum diberangkatkan ke Bandara Tjilik Riwut dan berlanjut ke Muara Teweh. Dengan sabar, masing-masing orangutan yang menunggu giliran diangkut dengan helikopter menuju ke Bukit Batikap terus diberi makan dan minum susu yang cukup, dan berada dalam pantauan dokter hewan yang memonitor kondisi mereka.
Judy saat menjalani pembiusan. Foto: Yayasan BOS
Judy saat menjalani pembiusan. Foto: Yayasan BOS
Hari Kedua pelepasliaran, tanggal 8 Februari 2013, juga dimulai sejak dinihari. Rombongan kedua, akan dilepaskan 8 orangutan kembali ke habitat mereka, yang terdiri dari Mercury, Manisha, Jupiter dan anaknya Julfa, lalu Reno, Jane dan kedua anaknya Jojang dan Jiro.
Dr. Jamartin Sihite, CEO Yayasan BOS mengatakan, ”Melihat banyaknya kerugian akibat bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini, kita dapat melihat bahwa orangutan adalah sebuah solusi. Melestarikan orangutan dan habitatnya adalah sama pentingnya dengan menjaga kehidupan kita. Orangutan sebagai spesies payung berperan penting dalam regenerasi hutan. Sementara manusia membutuhkan hutan yang penting sebagai sumber oksigen, sumber air bersih, penahan banjir dan pencegah erosi. Untuk itulah diharapkan semakin banyak orang sadar akan pentingnya melestarikan hutan. Di samping untuk menyediakan rumah bagi orangutan, hal ini juga demi mewujudkan kualitas hidup yang layak dan kesejahteraan bersama.”
Foto: Yayasan BOS
Foto: Yayasan BOS
Sementara Denny Kurniawan, Manajer Program Reintroduksi Orangutan Kalimantan Tengah di Nyaru Menteng mengatakan bahwa peran pemerintah penting untuk menyelamatkan habitat orangutan,“Pemerintah Indonesia harus tegas untuk melindungi habitat orangutan. Untuk mencapai target pelepasliaran orangutan, Yayasan BOS akan berupaya memulangkan orangutan ke habitat asli mereka namun suatu saat kapasistas daya dukung Hutan Lindung Bukit Batikap akan optimal dan dengan demikian diperlukan hutan baru yang layak dan aman. Jika Pemerintah tidak tegas dalam menegakkan hukum untuk melindungi habitat orangutan, target yang tertuang dalam Rencana Aksi Konservasi Orangutan tidak akan bisa terwujud.”
Foto: Yayasan BOS
Foto: Yayasan BOS
Sejak tahun 2012 hingga kini, Yayasan BOS telah melepasliarkan total 122 orangutan ke habitat alami mereka baik di Kalimantan Tengah maupun di Kalimantan Timur. Di Kalimantan Tengah telah dilepasliarkan 99 orangutan, sementara di Kalimantan Timur telah dilepasliarkan 21 orangutan.
Kini dengan dilepasliarkannya 20 orangutan oleh Yayasan BOS di Nyaru Menteng ke Kalimantan Tengah, Yayasan BOS merayakan pelepasliaran orangutan ke-100 di Hutan Lindung Bukit Batikap dan telah melepasliarkan total 119 orangutan di hutan lindung yang terletak di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah ini, sementara total keseluruhan di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur ada 140 individu orangutan.

gambaran orang utan

Gambaran Pertama Orangutan Menurut Orang Barat

BNPS.CO.UK
BNPS.CO.UK
PENGGAMBARAN orangutan menurut penjelajah Inggris Daniel Beeckman.*
LONDON, (PRLM).- Mereka memiliki 97 persen DNA manusia, dan memiliki ekspresi dan gerak tubuh yang menyerupai manusia. Dan penggambaran aneh dari orang utan hampir 300 tahun yang lalu mengungkapkan para penjelajah awal menggambarkan binatang itu mirip manusia.
Gambar itu ditemukan di sebuah buku langka edisi pertama tahun 1718 karangan penjelajah Inggris Daniel Beeckman berjudul "A Voyage to the and from the Island of Borneo" ('Sebuah Perjalanan ke dan dari Pulau Kalimantan').
Kapten Beeckman menggambarkan hewan, yang kemudian dikenal sebagai 'Oran Ootan', memiliki 'wajah yang baik dan lebih tampan daripada hottentots yang pernah saya lihat'.
"Penduduk asli benar-benar percaya bahwa ini secara formal adalah manusia, namun bermetamorfosis menjadi binatang karena penghujatannya," kata Kapten Beeckman, seperti dikutip Daily Mail.
Kapten Beeckman menerbitkan buku tersebut pada 1718 untuk mencoba memajukan ide-idenya mengenai perdagangan dengan tanah eksotis.
Pada abad ke-17 dan ke-18, sebagian besar penulis belum pernah melihat binatang dari spesies kera besar. Bahkan Carl Linnaue, seorang naturalis Swedia dan penemu sistem penamaan ilmiah hewan, terkenal juga memiliki fakta-fakta yang salah mengenai orangutan.

Jumat, 21 Februari 2014



CARA ORANG UTAN BERKEMBANG BIAK

Orangutan betina melahirkan anak pertamanya pada usia sekitar 15 tahun, setelah masa kehamilan selama 8 bulan 20 hari. Pada umumnya mereka memiliki anak setiap 8 atau 9 tahun di Sumatera (6 hingga 8 tahun di Kalimantan), yang merupakan interval kelahiran terpanjang di antara mamalia darat.
Melihat orangutan betina dapat hidup hingga usia 50 atau mungkin hingga usia 60 di alam liar, orangutan betina kemungkinan hanya akan memiliki 4 atau 5 anak selama hidupnya. Kelahiran kembar terjadi pada orangutan dalam penangkaran, tapi kemungkinan besar tidak akan mampu bertahan hidup di alam liar akibat sulitnya bagi sang induk untuk membawa 2 anak di atas pepohonan dan mencari makan pada waktu bersamaan.
KEGIATAN ORANG UTAN DALAM MENJALANI KEHIDUPAN SEHARI HARI
 
Hari-hari yang biasa dilalui dengan bangun pagi saat matahari terbit (sekitar pukul 6.00 pagi) dan mencari makan selama sekitar 3 jam di pohon terdekat yang berbuah lebat. Kemudian mereka mulai melakukan perjalanan, sambil lalu juga mengambil makanan tambahan, hingga mereka memutuskan untuk istirahat siang dan membangun sarang untuk berbaring di dalamnya. Setelah sekitar 1 jam istirahat, mereka melanjutkan perjalanan, sambil mengudap di perjalanan, umumnya rayap atau dedaunan atau tunas, sebelum mencari pohon yang berbuah lebat untuk menghabiskan beberapa jam sebelum tiba waktunya untuk tidur pada pukul 4 atau 5 sore (juga terkadang lebih awal atau lebih larut tentunya).
TEMPAT TIDUR ORANG UTAN
Orangutan membangun sarang dari dedaunan di atas pohon untuk tidur dan beristirahat. Mereka membuat sarang hampir setiap malam (terkadang mereka memperbaiki sarang tua yang mereka temukan), dan di kalimantan mereka juga membangun satu di siang hari, sekitar pada waktu tengah hari, untuk melakukan semacam tidur siang. Mereka membuat sarang dengan cara membengkokkan beberapa ranting besar di tangahnya dan menganyam ranting-ranting kecil ke dalam kerangka tadi hingga terbentuknya “mangkuk” yang nyaman sebagai sarang untuk tidur di dalamnya. Jika mereka merasa hujan akan turun, mereka sering menambahkan semacam atap, juga dari ranting dan dedaunan, dan menempatkannya di atas sarang setelah mereka berada di dalamnya.

 

Apakah orangutan hidup berkelompok?
Mereka terkenal sebagai satwa penyendiri jika dibandingkan dengan jenis kera besar lainnya. Orangutan adalah pemakan buah (frugivora) dan makanannya tersebar dengan sangat merata di hutan. Jika tidak sedang  musim buah, maka akan lebih baik untuk orangutan mengunjungi pohon buah sendirian, atau hanya bersama anaknya, dan memakan sebanyak-banyaknya buah yang tersedia. Jika mereka bergerak berkelompok, akan semakin banyak pohon yang mereka kunjungi dan semakin jauh juga mereka harus bergerak setiap harinya untuk mendapatkan cukup makanan. Tapi jika buah sedang berlimpah, orangutan akan lebih sering berkumpul dan makan bersama di atas satu pohon, dan bahkan bergerak bersama-sama selama beberapa hari.

 

JUMLAH BAYI YANG DI LAHIRKAN SEORANG BETINA ORANG UTAN

Biasanya hanya satu, jarang sekali betina melahirkan kembar. Jangka kehamilan orang utan mirip manusia, hampir 9 bulan.
PERBEDAAN ORANG UTAN JANTAN DENGAN ORANG UTAN BETINA


 Yang jantan lebih besar dari yang betina. Semakin dewasa, bentuk muka jantan juga semakin berubah. Sang jantan memiliki kumis dan janggut. Kelakuan sang jantan terhadap betina sangat dominan. Pipinya lebar dan lehernya berkantong.



BUNYI SUARA ORANG UTAN

Mereka berkomunikasi dengan bunyi iikkk-iikkk squeak. Anak orangutan bisa menangis seperti bayi, dan orangutan muda suka menjerit-jerit seperti anak nakal. Orangutan dewasa bisa mengeluarkan bunyi panjang selama satu menit. Di hutan suaranya bisa terdengar sejauh 300 meter. Sang jantan mengembungkan kantong lehernya dan mengeluarkan seruan panjang. Suaranya bisa keras, bernada tinggi dan di hutan sampai bisa terdengar sampai sejauh satu kilometre.



BESAR TUBUH ORANG UTAN

Bayi baru lahir bisa mencapai berat setengah kilo. Orangutan dewasa betina bisa mencapai tinggi 1,3 meter dan berat 45 kg. Sang jantan bisa mencapai tinggi 1,8 meter dan berat 120 kg.




 Pola Makan
Sekitar 60% makanan orangutan adalah buah-buahan seperti durian, nangka, leci, mangga dan buah ara, sementara sisanya adalah pucuk daun muda, serangga, tanah, kulit pohon dan kadang-kadang telur serta vertebrata kecil. Mereka juga tidak hanya mendapatkan air dari buah-buahan tetapi juga dari lubang-lubang pohon. Orangutan Sumatera diketahui menggunakan potongan ranting untuk mengambil biji buah. Hal ini menunjukkan tingkat intelegensi yang tinggi pada orangutan Sumatera.



Ekologi dan Habitat
Orangutan Borneo lebih banyak ditemukan di hutan dataran rendah (di bawah 500 m diatas permukaan laut) dibandingkan di dataran tinggi. Hutan dan lahan gambut merupakan pusat dari daerah jelajah orangutan, karena lebih banyak menghasilkan tanaman berbuah besar dibandingkan dengan hutan Dipterocarpaceae yang kering dan banyak mempunyai pohon-pohon tinggi berkayu besar, seperti keruing. Orangutan borneo sangat rentan dengan gangguan-gangguan di habitatnya, meskipun P.p. morio menunjukkan toleransi yang relatif tak terduga mengenai degradasi habitat di bagian utara Pulau Borneo.





Deskripsi Fisik
  • Orangutan Borneo adalah bagian dari keluarga besar kera dan merupakan mamalia arboreal terbesar.
  • Satwa ini memiliki rambut panjang dan kusut berwarna merah gelap kecoklatan, dengan warna pada bagian wajah mulai dari merah muda, merah, hingga hitam.
  • Berat orangutan Borneo jantan dewasa bisa mencapai 50 hingga 90 kg dan tinggi badan 1,25 hingga 1,5 m. Sementara jantan betina memiliki berat 30 - 50 kg dan tinggi 1 m.
  • Bagian tubuh seperti lengan yang panjang tidak hanya berfungsi untuk meraih makanan seperti buah-buahan, tetapi juga untuk berayun dari satu pohon ke pohon lainnya, menggunakan jangkauan dan kaki untuk pegangan yang kuat.
  • Pelipis seperti bantal yang dimiliki oleh orangutan Borneo jantan dewasa membuat wajah satwa ini terlihat lebih besar. Akan tetapi, tidak semua orangutan Borneo jantan dewasa memiliki pelipis seperti bantal.
  • Jakun yang dimiliki dapat digelembungkan untuk menghasilkan suara keras, yang digunakan untuk memanggil dan memberitahu keberadaan mereka.



 CIRI CIRI ORANG UTAN

Mereka memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, dan tidak mempunyai ekor.
Orangutan memiliki tinggi sekitar 1.25-1.5 meter.

Tubuh orangutan diselimuti rambut merah kecoklatan. Mereka mempunyai kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi.

Saat mencapai tingkat kematangan seksual, orangutan jantan memiliki pelipis yang gemuk pada kedua sisi, ubun-ubun yang besar, rambut menjadi panjang dan tumbuh janggut disekitar wajah. Mereka mempunyai indera yang sama seperti manusia, yaitu pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap, dan peraba.

Berat orangutan jantan sekitar 50-90 kg, sedangkan orangutan betina beratnya sekitar 30-50 kg.

Telapak tangan mereka mempunyai 4 jari-jari panjang ditambah 1 ibu jari. Telapak kaki mereka juga memiliki susunan jari-jemari yang sangat mirip dengan manusia.

Orangutan masih termasuk dalam spesies kera besar seperti gorila dan simpanse.Golongan kera besar masuk dalam klasifikasi mammalia, memiliki ukuran otak yang besar, mata yang mengarah kedepan, dan tangan yang dapat melakukan genggaman

tentang orang utan

Tentang Orangutan


 

STATUS ORANGUTAN
Populasi terkini diperkirakan lebih kecil dari 30.000 individu yang tersebar di dua daerah sebaran (Sumatera dan Kalimantan). Menurut perkiraan, jumlah orangutan liar yang terdapat di hutan Sumatera hanya sekitar 6.500 – 7.500 individu saja. Dan orangutan liar yang terdapat di Kalimantan sekitar 12.000 – 13.000 individu. Ini merupakan pengurangan dari jumlah yang ada pada 10 tahun yang lalu (30% – 50% terjadi pengurangan jumlah).
Dalam dekade 20 tahun ini, menurut IUCN pada tahun 1993 sekitar 80% habitat mereka telah hilang atau musnah. Dan IUCN memperhitungkan bila keadaan ini dibiarkan, maka dalam 10 – 20 tahun ke depan orangutan akan punah. Sehingga IUCN mengkategorikan orangutan sebagai critically endangered species atau sebagai satwa yang terancam punah.
Selain itu ancaman juga datang dari kegiatan perburuan hewan, baik itu untuk diperdagangkan sebagai binatang peliharaan atau untuk dimakan dagingnya.
Untuk mendapatkan seekor bayi orangutan, maka harus membunuh induknya, dan jika bayi tersebut masih selamat jatuh dari atas pohon, maka bayi tersebut diambil oleh pemburu gelap.
MORFOLOGI ORANGUTAN SUMATERA
Tinggi
Jantan : 120 – 150 cm
Betina : 100 – 120 cm
Berat
Jantan : 50 – 90 kg (di alam liar); sedangkan di karantina dapat mencapai 120 kg atau lebih.
Betina : 30 – 60 kg
Panjang Lengan, 60 – 90 cm atau 2/3 (dua per tiga) dari tinggi badan.
Warna Tubuh
Kemerah-merahan hingga coklat kehitam-hitaman, janggut pada Orangutan Sumatera (jantan) berwarna merah hingga jingga.
Tampilan Fisik
Tampilan wajah : sekitar mata tidak berbulu dan mempunyai telinga yang kecil. Memiliki tubuh yang tinggi, bulu/rambut yang kusut, dan lengan yang panjang. Bentuk tangan dan kaki kecil memanjang, sesuai untuk memegang cabang-cabang pohon. Jempol tangan yang pendek sangat mendukung fungsinya yang seperti gancu untuk membuka buah. Daging di sekitar pipi orangutan jantan dewasa (cheek pad) akan berkembang mulai dari umur 8 tahun atau 15 tahun hingga umur 20 tahun.
PAKAN (MAKANAN) ORANGUTAN
Orangutan tergolong Omnivora. Orangutan memakan hampir sebagian besar jenis buah-buahan yang terdapat di dalam hutan (60% makanan orangutan adalah buah-buahan, seperti : rambutan, mangga, durian, manggis, duku, dan sebagainya). Selain buah-buahan sebagai makanan pokok, sumber makanan lainnya adalah daun-daunan, kulit kayu, tunas muda, bunga-bungaan, serta beberapa jenis serangga seperti rayap dan semut pohon. Berdasarkan pengamatan orangutan juga dapat memakan daging. Biasanya mereka memakan daging siamang atau monyet yang telah mati.
Untuk mendapatkan air, mereka melubangi bagian batang pepohonan yang berguna untuk manampung air hujan dan meminumnya dengan cara menghirup dari pergelangan tangannya. Orangutan juga mengambil makanan yang berupa mineral dari dalam tanah, namun dalam jumlah yang sangat sedikit.
SATWA ARBOREAL
Orangutan merupakan satwa arboreal, yaitu satwa yang menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya di atas pohon mulai dari makan, minum, sampai istirahat/tidur di saran g yang mereka bangun di pepohonan dan jarang sekali turun ke tanah,.
Orangutan dapat membuat 2 (dua) hingga 3 (tiga) sarang setiap harinya. Klasifikasi yang diberikan oleh Van Schaik dan Idrusman (1996) mengenai posisi sarang adalah :
Posisi I : Posisi sarang terletak di dekat batang utama.
Posisi II : Sarang berada di pertengahan atau di pinggir percabangan tanpa menggunakan pohon atau percabangan pohon lainnya.
Posisi III : Sarang terletak di puncak pohon.
Posisi IV : Sarang terletak di antara dua cabang atau lebih, dari tepi pohon yang berlainan.
PETA SEBARAN ORANGUTAN
Peta Sebaran Orangutan
Peta Sebaran Orangutan